Main Article Content

Abstract

Manukaya Village, Gianyar Regency was chosen as the location for community service for the TAH Study Program because some people lack skills in the field of food service and processing and serving creative drinks. The local community is often involved in banquets held by the Tampak Siring Presidential Palace so training in the field of food service is very much needed by the local community. In line with the development of Agro Tourism in Manukaya Village, which is mostly oriented towards coffee drink products, training will be carried out on the processing and presentation of KREASI drinks as a reference for alternative products that can be offered. This Community Service is carried out in the form of Food Service Training, Processing and Serving Creative Drinks, with participants as community members who own simple accommodation and agro-tourism in Manukaya village, Pokdarwis members who are involved in the hospitality sector and the Manukaya Village PKK who are often involved in banquet activities at the Tampaksiring Presidential Palace with a total of 30 participants. The output of this activity is: Increasing community skill regarding food and beverage services, creating new beverage creations using natural ingredients produced in Manukaya Village, as well as increasing community capabilities in serving food and drinks. It is hoped that this activity will provide benefits in the form of increasing the knowledge and skills of human resources from Manukaya Village in providing food services and processing and serving creative drinks in the area

Keywords

food service processing and serving creative drinks

Article Details

Author Biography

Ni Kadek Eni Juniari, Politeknik Pariwisata Bali

  1. PENDAHULUAN

Pengembangan pariwisata saat ini ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yan bersumber dari alam, sosial budaya ataupun ekonomi guna memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini pengembangan pariwisata menggunakan konsep community approach atau community based development. Dalam hal ini masyarakat lokal diberikan otoritas untuk membangun, memiliki dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga masyarakat diharapkan dapat meningkatkan secara langsung keuntungan ekonomi serta tuntutan bagi partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, Sunaryo (dalam Palimbunga, 2017)

Salah satu desa wisata yang dikembangkan di Kabupaten Gianyar adalah Desa Manukaya. Desa Manukaya tepatnya berlokasi di Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Bali. Desa Wisata Manukaya memiliki potensi alam dan budaya yang dapat mendukung kesejahteraan masyarakatnya.  Desa Manukaya adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Gianyar. Wilayah Desa Manukaya adalah 1496 km2, ada 13 banjar di Desa Manukaya. Wilayah desa terdiri dari 141 km2 sawah dan kebun 891,79 km2. Desa Manukaya ditetapkan sebagai Desa Wisata berdasarkan Peraturan Bupati Gianyar,No 762/E.02/HK/2020 Tentang Penetapan Desa Wisata di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan data desa wisata (dikutip dari  https://disparda.baliprov.go.id/, tanggal 20 Maret 2024, jam 10.00 Wita), salah satu daya tarik wisata di Desa Manukaya adah Tirta Empul. Pura Tirta Empul adalah salah satu pura di Bali yang kerap dikunjungi wisatawan. Menurut catatan sejarah, bangunan ini didirikan sekitar pada tahun 962 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Warmadewa.Pura ini terkenal sebagai tempat untuk melakukan tradisi Melukat, baik oleh warga setempat maupun wisatawan yang sengaja berkunjung. Melukat merupakan sebuah tradisi masyarakat Bali berupa aktivitas penyucian di Tirta Empul Bali tepatnya di kolam Jaba Tengah. Tradisi ini banyak diminati oleh pengunjung mulai dari wisatawan domestik hingga wisatawan asing. Melukat dipercaya memiliki banyak manfaat oleh masyarakat Hindu Bali. Kegiatan ini dapat mengobati jenis penyakit, seperti sakit gigi rematik dan asam urat. Tak hanya itu, beberapa orang juga meyakini, melukat dapat melancarkan rezeki dan membantu pengunjung menemukan jodoh secepatnya. Saat melakukan ritual suci ini pengunjung diharuskan menyampaikan permohonan dan doa dengan menangkupkan kedua tangan. Desa Manukaya memiliki potensi di bidang budaya, pertanian, perkebunan, peternakan dan industri kerajinan, yang belum dieksplorasi secara optimal, sehingga sinergi antara masyarakat dan kampus dibutuhkan sebagai bentuk penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Dewi & Penindra, 2020).

Desa Manukaya digolongkan sebagai Desa Wisata Rintisan yang memiliki potensi sebagai berikut : 1) Aksesibilitas: Akses jalan telah memadai ; 2) Atraksi: Pusat kerajinan tulang/rajutan, Pura Bersejarah (Temple Heritage), aktivitas budaya, wisata alam; 3) Amenities/fasilitas: agro wisata, area parkir kendaraan, rumah makan, toilet, penginapan (homestay) ; 4) Ancillaries/pendukung: sudah memiliki POKDARWIS dan pengelola desa wisata. Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh sekretaris desa saat penjajagan, beberapa fasilitas wisata yang ada di Desa Manukaya belum terlalu banyak dari sisi penyediaan layanan makanan dan minuman (restoran atau rumah makan). Tercatat hanya terdapat tiga fasilitas restoran di Desa Manukaya yaitu De Koi, Pangkon Bali dan rumah makan Gula Bali.  Terdapat juga 9 agro wisata yang bergerak di bidang kopi di Desa Manukaya. Adapun Agro wisata yang terdapat adalah Pemulan Bali, Satria, Umah Bali Kuno, Ulun Desa, Canti, Santi, Abian Kesuma Sari dan Segara Windu. Agro Wisata ini kepemilikannya dimiliki oleh masyarakat lokal yang mempekerjakan sebagian besar masyarakat lokal Desa Manukaya. Agro wisata ini rata rata menawarkan wisata alam yang dipaketkan dengan menikmati beraneka ragam minuman kopi yang dihasilkan di daerah tersebut, khususnya kopi luwak.

Desa Wisata Manukaya dikelola oleh Desa Adat Manukaya dibantu oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Ketua POKDARWIS, Bapak Dewa, yang dibantu oleh  anggota kelompok pokdarwis lainnya, berperan sangat besar dalampengembangan pariwisata di Dukuh Penaban. Semangat POKDARWIS Desa Manukaya sangatlah tinggi dalam  mendorong masyarakat setempat untuk bekerjasama atas pengembangan desa wisata, dengan cara mengajak masyarakat untuk bergotong royong dan tetap menjaga keasrian alam Desa Manukaya,  dan ikut terlibat dalam industri pariwisata, guna meningkatkan perekonomian masyarakat seperti menjadi guide, berwirausaha seperti membuat warung makan,menjadikan rumahnya sebagai guest house, dan lain lain.

Adapun alasan kuat memilih Desa Manukaya sebagai tempat kegiatan PKM pelatihan layanan makanan adalah karena masih kurangnya pengetahuan dan skill masyarakat lokal dalam hal pelayanan makanan dan pengolahan serta penyajian minuman mengingat masyarakat lokal sering dilibatkan dalam kegiatan perjamuan yang diselenggarakan di Istana Presiden Tampaksiring sehingga dipandang perlu untuk memberikan pelatihan singkat mengenai pelayanan makanan bagi masyarakat. Dan untuk pelatihan pengolahan serta penyajian minuman didasarkan pada keterbatasan produk minuman yang bisa ditawarkan di Agro Wisata setempat serta melatih masyarakat agar memiliki inovasi untuk mengolah produk lokal menjadi produk lain yang bisa ditawarkan kepada konsumen. 

Penyediaan fasilitas makanan dan minuman yang memadai dalam suatu destinasi wisata mempengaruhi citra destinasi dimata wisatawan. Destinasi wisata yang memiliki restoran dan rumah makan dengan sajian makanan dan minuman berkualitas baik seperti cita rasa unik, enak, dan harga terjangkau akan membuat citra destinasi nya juga positif dimata para wisatawan. Selain cita rasa dan harga makanan, pelayanan makanan dan minuman termasuk faktor pendukung yang penting pada kegiatan pariwisata dan menjadi daya tarik seperti keunikannya, variasi hidangan yang disajikan, termasuk makanan lokal, cara penyajian yang baik, mencerminkan budaya kearifan lokal serta kualitas kebersihan makanan dan minuman. Keramahtamahan pelayanan dalam menyajikan makanan dan minuman begitu juga penggunaan peralatan yang sesuai dengan fungsinya akan membuat para wisatawan merasakan kepuasan dalam berwisata pada destinasii yang mereka kunjungi (Lubis, 2021).

Berdasarkan penjajagan yang telah dilakukan, pengelola dan tokoh masyarakat Desa Adat Manukaya mengaku masyarakatnya belum memahami cara menyajikan makanan dan minuman yang digunakan baik untuk skala rumahan maupun untuk skala yang lebih luas. Masyarakat utamanya para wanita di Desa Manukaya sering dilibatkan untuk  kegiatan perjamuan tamu undangan untuk kegiatan desa maupun untuk melayani tamu-tamu kenegaraan yang diadakan di Istana Presiden Tampaksiring. Masyarakat dipandang perlu memiliki ketrampilan dasar ketika diminta bantuan untuk memberikan pelayanan makanan dan minuman untuk tamu desa maupun tamu negara sehingga terbentuk kepercayaan diri masyarakat dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Terkait dengan pelatihan pengolahan minuman, pengelola dan aparat Desa juga mengungkapkan bahwa dari beberapa Agro Wisata yang ada didaerah itu, produk yang ditawarkan rata -rata sama yaitu beberapa minuman yang berbahan dasar kopi dan juga menyajikan beberapa sampel kopi untuk dapat dicicipi oleh konsumen. Variasi produk yang dihasilkan masih terbatas sehingga besar sekali harapan dari masyarakat untuk mendapatkan pelatihan pengolahan minuman kreasi berbahan dasar kopi ataupun berbahan dasar produk alami yang banyak dihasilkan di daerah tersebut.

 

2. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh program studi Tata Hidang di Desa Manukaya dalam bentuk pelatihan yang akan disampaikan oleh dosen- dosen program studi Tata Hidang, Politeknik Pariwisata Bali serta narasumber luar baik secara teori maupun praktikum dengan juga melibatkan mahasiswa dari program studi Tata Hidang. Kegiatan ini merupakan kegiatan awal untuk program pengabdian kepada masyarakat di Desa Manukaya Gianyar yang berbentuk pelatihan dengan judul “Pelatihan Layanan Makanan, Pengolahan dan Penyajian Minuman Kreasi Bagi Masyarakat di Desa Manukaya, Gianyar”. Kegiatan pelatihan ini memfokuskan pada pelatihan pelayanan makanan termasuk didalamnya penggunaan alat yang tepat saat pelayanan, menyediaan pelayanan yang prima serta pelatihan pengolahan minuman kreasi dengan menggunakan bahan-bahan alami yang banyak dihasilkan di Desa Manukaya serta pelatihan penyajian minuman kreasi tersebut sehingga terlihat menarik. Pada kegiatan ini masyarakat akan diberikan kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung mengenai teknik pelayanan makanan serta pengolahan dan penyajian minuman kreasi.

Materi yang akan diberikan oleh para narasumber terkait teori etika pelayanan dalam perjamuan makan yang akan disampaikan oleh Lidjah Magdalena Massenga, SE.,MM, Materi Tehnik Menata Coffee Break dan Jenis-jenis napkin folding yang akan disampaikan oleh Ni Putu Ariesta Budiani, A.Par.,M.Erg. Materi Teknik Dasar Pengolahan dan Penyajian Minuman Kreasi yang akan disampaikan oleh  oleh Narasumber dari Asosiasi ABI yaitu Bapak I Putu Oka Angga Swara Putra, dan materi terakhir dengan tema Pengolahan dan Penyajian Kopi dan Teh oleh Team Dosen Prodi TAH. Dalam pelatihan ini akan dilakukan beberapa kegiatan demonstrasi dan praktek yang dilakukan langsung oleh peserta yaitu terkait pelayanan makanan, pelayanan dan penyajian minuman (set up dan service kopi dan teh), pengolahan minuman campuran kreasi yang mengandalkan produk-produk lokal. Teknis pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari penyampaian teori terkait pengetahuan dasar terkait pelayanan makanan dan minuman. Yang kemudian dilanjutkan di hari kedua dengan demosntrasi terlebih dahulu yang kemudian akan dipraktekkan oleh peserta pelatihan. Adapun sasaran peserta kegiatan ini adalah masyarakat Desa Manukaya sejumlah 30 orang yang terdiri dari anggota PKK, Karang Taruna, Pokdarwis yang ditunjuk oleh pihak Perbekel Desa Manukaya. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari Selasa, 21 Mei 2024 dan Rabu, 22 Mei 2024, dengan mengambil lokasi di ruang pertemuan Kantor Perbekel Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar.

Adapun output yang diharapkan setelah kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan antara lain : 1) Meningkatkan ketrampilan masyarakat mengenai layanan makanan dan minuman, 2) Terciptanya kreasi minuman baru yang menggunakan bahan-bahan alami yang dihasilkan di Desa Manukaya, 3) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal penyajian makanan dan minuman

 

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
    • Etika Pelayanan Dalam Perjamuan Makan

Kegiatan pelatihan yang pertama difasilitasi oleh Lidjah Magdalena Massenga, SE.,MM dengan materi etika pelayanan dalam perjamuan makan. Disampaikan bahwa Etika pelayanan dalam perjamuan makan sangatlah penting untuk menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan bagi semua tamu. Untuk penerapan di Desa Wisata tentunya etika ini memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan berkesan bagi para wisatawan. Pelayanan yang sopan dan ramah membantu menciptakan suasana yang nyaman bagi wisatawan, selain wisatawan merasa dihargai dan dihormati, sehingga mereka lebih menikmati pengalaman makan mereka. Pengalaman makan yang menyenangkan akan membuat kenangan yang terbaik dan dapat meningkatkan keseluruhan pengalaman wisatawan di desa wisata sehingga wisatawan akan mendapatkan kenangan terbaik untuk dikenang dan diceritakan kepada orang lain (promosi secara tidak langsung).

Etika layanan yang sesuai dengan adat istiadat dan tradisi yang dimiliki, memberikan wisatawan pengalaman yang unik dan berbeda saat menikmati makanan dan minuman. Etika pelayanan yang baik membantu membangun reputasi desa wisata sebagai destinasi yang ramah dan  profesional. Reputasi positif ini penting untuk meningkatkan kepercayaan tamu, menciptakan hubungan jangka panjang serta menarik lebih banyak wisatawan di masa depan. Etika layanan yang harus diperhatikan mencakup beberapa aspek mulai dari kebersihan dan kerapian, didalam memberikan layanan makanan dan minuman, aspek ini sangat penting untuk diperhatikan. Meja, kursi serta alat alat yang digunakan dalam memberikan pelayanan, dipastikan dalam keadaan bersih dan rapi diletakkan pada tempatnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penampilan atau grooming dari pramusaji yang harus selalu rapi, sikap dan perilaku, waktu pelayanan, pengetahuan tentang menu, dan cara berkomunikasi dengan baik dan benar. Semua aspek tersebut akan membuat tamu mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan.

 

  • Tehnik Menata Coffee Break dan Jenis-Jenis Napkin Folding

Materi yang disamppaikan oleh Ini Putu Ariesta Budiani menjelaskan mengenai tahapan serta alat yang diperlukan untuk menata layanan coffee break. Adapun beberapa hal yang diperhatikan dalam penataan coffe break dalam skala besar adalah penempatan meja, pengaturan peralatan, jenis makanan dan minuman yang disajikan, serta aspek estetika dari penataan alat tersebut. Dijelaskan bahwa untuk skala besar penataan coffe break harus memperhatikan penempatan meja, diperhatikan alur tamu yang akan menikmati coffee break. Jumlah meja yang digunakan juga harus diperhitungkan. Setelah penempatan meja diatur sedemikian rupa, yang dilakukan selanjutnya adalah mempersiapkan alat yang akan digunakan. Alat yang digunakan disesuaikan dengan makanan dan minuman yang disajikan. Alat yang disediakan dalam keadaan bersih dan ditata diatas meja dengan memperhatikan aspek estetika. Peralatan ditata dengan memperhatikan alur pengambilan makanan dan minuman sehingga saat layanan, tidak mempersulit konsumen dalam menikmati hidangan. Kemudahan dan kenyamanan tamu dalam mengambil dan menikmati hidangan menjadi aspek yang sangat penting dalam penataan coffee break ini.

Dijelaskan juga untuk skala kecil, menghidangkan coffe break dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang lebih sederhana. Semua alat untuk menghidangankan makanan dan minuman ditata diatas nampan/tray lalu disajikan langsung ke konsumen. Dalam pemaparan ini, Ariesta menyampaikan materi dengan memberikan contoh penataan diatas tray. Dan diperagakan juga cara menyajikan coffe break dari atas tray.

Gambar 1 : Pemberian materi oleh Ini Putu Ariesta Budiani

  

      (Sumber : Laporan Kegiatan, 2024)

  • Tehnik Dasar Pengolahan dan Penyajian Minuman Kreasi

Pemaparan materi mengenai topik ini disampaikan oleh narasumber I Putu Oka Angga Swara Putra. Minuman campuran adalah minuman yang merupakan hasil campuran dari sekurang-kurangnya dua jenis minuman yang berbeda. Dengan demikian minuman campuran tersebut memiliki karakter beralkohol dan tidak beralkohol. Katsigris & Thomas (2007 : 171) menyatakan bahwa minuman alkohol merupakan setiap cairan yangdapat diminum serta mengandung 5% atau lebih etil alkohol. Semua beer, spirit dan wine adalah minuman alkohol. Sedangkan minuman non alkohol merupakan minuman yang mengandung alkohol kurang dari 5 % menurut volumenya. Jus, sirop, air mineral, teh, kopi, coklat dan susu merupakan minuman non alkohol. Pembuatan minuman campuran dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni preparing, stirring, mixing, blending, shaking dan floating method. Saat ini terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam dunia mixology dimana dalam membuat cocktail menggunakan cara pengolahan makanan di kitchen. Beberapa proses yang digunakan adalah roasting, frying, boiling, muddling, infusing, dan flamming (Arnold, 2014). Penggunaan metode tersebut akan menghasilkan minuman yang memiliki karakter yang berbeda dari aspek rasa, aroma, tekstur dan penampilan. Penggunaan teknik tersebut memungkinkan bartender untuk menciptakan minuman yang kompleks dan memuaskan. Saat ini tren menggunakan bahan lokal dalam membuat minuman campuran. Penggunaan bahan lokal sebagai salah satu ingredient dalam minuman campuran memberikan beberapa dampak positif diantaranya meningkatkan pendapatan petani dan produsen lokal, mengurangi ketergantungan terhadap bahan import, bahan lokal lebih segar dan memberikan rasa yang autentik dan khas yang dapat meningkatkan keunikan dan daya tarik minuman, mampu menciptakan minuman dengan ciri khas tersendiri sehingga dikenal dunia luar, dan beberapa dampak lainnya. Dalam paparannya, Angga mempraktekkan cara pembuatan sirup (salah satu bahan pembuat minuman campuran) dengan menggunakan bahan lokal. Sirup yang dibuat berbahan dasar bunga telang dan berbahan dasar jahe dan sereh.

Gambar 2 : Pemaparan Materi oleh I Putu Oka Angga Swara Putra

                                   (Sumber : Laporan Kagiatan, 2024)

  • Pengolahan dan Penyajian Minuman Kreasi

Pengolahan dan penyajian minuman kreasi melibatkan berbagai teknik untuk memastikan minuman tersebut tidak hanya memiliki rasa, aroma yang luar biasa namun memiliki penampilan yang menarik. Adapun beberapa teknik yang digunakan dalam pengolahan minuman kreasi dimulai dari pemilihan bahan dimana dipastikan bahan yang digunakan adalah bahan yang segar dan berkualitas. Setelah bahan disiapkan, perlu disiapkan alat yang tepat untuk membuat minuman tersebut. Terdapat beberapa teknik dalam pembuatan minuman yang tiap teknik memiliki alat yang berbeda.

Proses penyajian tidak kalah pentingnya dengan proses pembuatan. Proses penyajian dimulai dari tahapan pemilihan gelas yang tepat dimana disesuaikan dengan kuantitas minuman tersebut, lalu membuat garnish atau hiasan minum yang menambah daya tarik minuman tersebut. Penyajian yang kreatif akan menambah keunikan dari tampilan minuman kreasi yang dibuat. Dalam proses pembuatan dan penyajian minuman kreasi, sangat penting untuk memperhatikan suhu minuman karena minuman yang suhu nya tepat akan memberikan karakter minuman yang maksimal. Dalam sesi ini, team dosen prodi TAH memberikan demo praktek cara membuat minuman kreasi dan dilanjutkan dengan kegiatan praktek yang melibatkan beberapa peserta untuk ikut serta dalam pembuatan minuman kreasi..

Gambar 3 : Praktek Pengolahan dan Panyajian Minuman Kreasi

 

             (Sumber : laporan kegiatan, 2024)

 

Kegiatan praktek langsung oleh peserta dalam membuat minuman kreasi disambut secara antusias. Sebagian besar peserta terlibat dalam proses pembuatan minuman kreasi ini. Sesi ditutup dengan tanya jawab dan kuis terkait materi yang sudah disampaikan sebelumnya. Beberapa hadiah sudah disediakan oleh panitia.

Gambar 4 : Peserta Pelatihan Layanan Makanan, Pengolahan dan Penyajian Minuman Kreasi Bagi Masyarakat Di Desa Manukaya, Gianyar.

(Sumber : Laporan Kegiatan, 2024)

 

  1. KESIMPULAN

Kegiatan pelatihan ini adalah kegiatan tahap pertama di Desa Manukaya. Selanjutnya akan dilakukan kegiatan serupa dengan topik yang berbeda untuk membantu Desa Manukaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki terkait bidang layanan makanan dan minuman. Dan peserta pelatihan akan disesuaikan dengan yang membutuhkan. Diharapkan kegiatan ini mampu memberikan manfaat besar bagi masyarakat diantaranya peningkatan ketrampilan, pengembangan ekonomi lokal, dan peningkatan pemberdayaan masyarakat agar menjadi lebih produktif.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 https://disparda.baliprov.go.id  

 

Adikampana, I Made (2017), Pariwisata Berbasis Masyarakat. Cakra Press. 5-9

 

Arnold, Dave, (2014). Liquid Intelligence : The Art and Science of the Perfect  

                Cocktail. W.W Norton & Company

 

Dewi, Luh Gede Krisna; Penindra,I Made Dwi Budiana (2020), Pemberdayaan

            Masyarakat dan Pengembangan Potensi Wilayah Di Desa Manukaya Gianyar

            Bali. Widyabhakti Jurnal Ilmiah Populer. 2 (2). 20-29

 

Katsigri, C & Thomas, (2012). The Bar and beverage Book. John Wiley & Sons

 

Lubis, Fuji Nanda (2021) Persepsi Wisatwan Terhadap Kualitas Makanan dan

             Minuman Sebagai Daya Tarik Pariwisata di Kecamatan Girsang Sipangan

             Bolon. EF Conference Series 05. 49-50 https://talentaconfseries.usu.ac.id

 

Palimbunga, Ika Pujiningrum (2017) Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Di Kampung Wisata Tablanusu Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal Ilmiah Kajian Sastra dan Bahasa. 1 (2). 15 – 16

 

Stewrad, Amy (2013). The Drunken Botanist. Algonquin Books

 

Wiantara & Nyoman (2016) Bartending & Mixology. Andi Offset

 

 

How to Cite
Pranadewi, P. M. A., & Juniari, N. K. E. (2024). Pelatihan Layanan Makanan, Pengolahan dan Penyajian Minuman Kreasi Bagi Masyarakat Di Desa Manukaya, Kabupaten Gianyar. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Makardhi, 4(1), 34–45. https://doi.org/10.52352/makardhi.v4i1.1444